Friday, January 13, 2017

Weekend Sejenak di Anak Krakatau


Sorotan matahari pagi itu tajam menusuk kulit, sementara angin samudera bertiup cukup dingin sukses membuat kulit saya bingung. Perahu yang saya tumpangi berukuran cukup besar, terbuat dari kayu jati (sotoy) dan mampu menampung 30an penumpang sekaligus dan di waktu lain bahkan mampu membawa motor. Oh iya, saya lupa memberi tahu jadi kali ini saya weekend sejenak bersama teman-teman di area cagar alam Krakatau. Jadi saat itu saya berangkat hati Jumat tanggal 6 Januari 2017 malam dari rumah saya. Sekitar pukul 20.00 malam saya sudah sampai di titik kumpul yaitu terimal bis Kalideres dan langsung bertolak ke pelabuhan penyebrangan Merak.

Hampir 3 jam perjalanan yang ditemani oleh gebrakan musik dangdut luar biasa (*__*) dan bis yg demen nongkrong, akhirnya kami sampai di pelabuhan Merak untuk menyebrang ke Bakaheuni. Tapi sebelumnya itu kami berkumpul dahulu dengan para peserta tur dan pemandu kami untuk briefing singkat hari esok, berhubung sudah pukul 12.30 malam dan baru akan sampai ke area cagar alam Krakatau. Perjalanan ferry kurang lebih 2 jam setengah sukses kami lalui dengan tidur yang minim, sampai di pelabuhan Bakaheuni kami berkumpul kembali kemudian melaju menggunakan angkot carteran menuju pelabuhan kecil lagi dimana kami akan menuju Krakatau.

Pelabuhan Canti namanya, sebuah pelabuhan kecil yang difungsikan oleh masyarakat setempat sebagai satu-satunya akses masyarakat/wisatawan ke Krakatau dan masyarakat Krakatau ke daratan utama. Kami dipersilahkan sarapan dahulu di tempat ini sebelum menyebrang/snorkeling. Banyak terdapat warung makanan dengan harga murah meriah disini (jika dibandingkan dengan Jakarta dan kota besar lainnya). Bahkan ada Indomaret juga untuk bersiap-siap membawa perbekalan jika diperlukan.
Pelabuhan Canti, penyebrangan menuju cagar alam Krakatau

Singkat cerita kami sudah berada di kapal dan bergerak menuju tempat snorkeling. Melihat lautan yang luas dan jernih membuat andrenalin kami terpacu, apalagi banyak pulau-pulau kecil dengan perairan jernih dan berpasir seputih salju. Banyak pula pulau-pulau perawan yang tak pernah tersentuh manusia. Saya pun jadi ingat sekitar 2 tahun lalu saat pergi ke Pahawang, kondisinya tak jauh berbeda. Keren. Di area cagar alam ini terdapat beberapa pulau besar maupun kecil seperti pulau Sebesi (tempat kami menginap), pulau Sebuku, Pulau Sebuku kecil, Pulau Umang-umang serta tiga pulau Serangkai Anak Krakatau. 
Pantau di Pulau Sebuku Kecil
Snorkling di Pulau Sebuku Besar

Area snorkeling disini ada sekitar 3 lokasi yang salah satunya ada di pulau Sebuku besar. Snorkeling disini cukup oke baik karang maupun ikannya tapi masih seperti standarnya tempat-tempat snorkeling lainnya not special. Sehabis basah-basahan tiba saatnya kami taruh barang-barang kami di penginapan. Penginapan kami terletak di pulau Sebesi sekitar 15 menit perjalanan dari pulau Sebuku besar dan (mungkin?) satu-satunya pulau yang berpenghuni di area ini. Ternyata tempat penginapan kami berbentuk cottage tanpa kamar dengan satu kamar mandi dalam yang muat sampai 12 orang. Sayangnya di pulau ini belum di aliri listrik pada pagi hari. Listrik dan juga air bersih baru mengalir pada malam hingga subuh hari. Untungnya kamar mandi area ini banyak jadi bisa cari tempat lain bila yang ada di kamar masih penuh.

Sorenya untuk menyambut sunset, kami berlayar kembali ke sebuah pulau yang hanya 5 menit naik kapal, Pulau Umang-umang namanya. Pulau kecil yang terletak di depan pulau Sebesi ini ukurannya amat kecil mungkin seukuran 5 rumah di Jakarta yang didempetkan.(Sotoy lagi) Saya menjulukinya "pos hansip"nya pulau Sebesi. Pulau ini kosong hanya berisi pohon-pohon dan deretan batu karang di pantainya. Airnya jernih dan pasirnya putih sekali, enak buat dipakai sekedar berenang/basah-basahan. Sunset di pulau ini cukup bagus namun telat sedikit saja langsung tertutup pulau Sebesi-__-

Esok paginya acara puncak yang saya tunggu-tunggu, hiking anak gunung Krakatau! Perjalanan cukup jauh sekitar 2 jam perjalanan laut dengan kapal dari pulau Sebesi. Sesampainya disana kami disambut dengan pasir hitam dan rerimbunan pohon di pantau pulau anak Krakatau. Bagi yang baru belajar hiking, pulau anak Krakatau adalah medan yang tepat, diselimuti pasir dengan tingkat kecuraman hampir 45 derajat membuat saya cukup ngos-ngsosan sampai diatas. Para pendaki hanya di bolehkan mendaki hingga batas vegetasi atau kurang lebih 300mdpl karena puncak anak Krakatau masih berbahaya terutama permukaan pasirnya rawan longsor seperti pasir hisap serta pernah memakan korban dan lagi gunung ini masih aktif.

Kami disambut pasir hitam pulau anak Krakatau




FYI, Krakatau ini dahulunya merupakan satu gunung, yaitu gunung Krakatau Purba. Ledakan pertama tahun 1680 yang mengubahnya menjadi 3 gunung. Tapi karena erupsi luar biasa pada tahun 1883 ketiga gunung tersebut hancur dan terpisah menjadi pulau yaitu Pulau Rakata, Pulau Panjang, Pulau Sertung dan belakangan muncul Pulau Anak Krakatau (40 tahun kemudian).

Pemandangan di atas (hampir) puncak anak Krakatau ga ada duanya! Priceless! Samudera biru tampak bersamaan dengan pulau Rakata dan Sertung. Bau belerang khas gunung berapi mulau menyeruak di hidung, kawah juga tampak ngebul yang membuat kami ingin cepat-cepat turun. Perjalanan akhirnya dilanjutkan dengan snorkling di dekat pulau Rakata, pecahan pulau Krakatau dahulu. Pulau tak berpenghuni ini tampak besar dan megah. Sisi-sisinya yang beruap bukit curam membuat pulau ini hampir tak ada pantainya. Di dalamnya pun tampak hutan rimbun seolah ada Dinosaurus yang menghuninya.
Jalur penanjakan

Pemandangan dari batas pendakian

Batas pendakian dengan penampakan pulau Rakata dibelakang
Suasana snorkling di Pulau Rakata, ampe bawa motor :D

Tapi snorkeling disini luar biasa, terumbu karang dan koralnya tampak rapat serta ikan-ikan yang aktif. Belum lagi ada palung dalam yang berwarna biru gelap entah apa yang ada di bawahnya. Bagi yang tidak berenang bisa foto-foto pemandangan pulau Rakata yang ciamik disini atau sekadar memfoto teman-temannya yang lagi snorkling. Tak terasa hari semakin sore pertanda kami harus kembali ke Jakarta. Badan rasanya cukup berat karena melakukan aktivitas banyak di waktu yang sempit, kami langsung terbayang menaiki bus "dangdut" lagi di perjalanan nanti. But, thanks Krakatau for your lil trip!
Share:

Wednesday, December 14, 2016

Leuwi Hejo, Natural Secret Pool


Mencari destinasi petualangan yang seru dan menantang sebenarnya gak perlu jauh-jauh. Tak selalu dibutuhkan tiket pesawat atau kereta yang mahal untuk menjangkau sebuah destinasi menarik, kadang kala destinasi itu ada di dekat kita. Itulah kira-kira yang saya rasakan ketika ada kesempatan traveling ke Leuwi Hejo, desa Karang Tengah, Babakan Madang, kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Leuwi Hejo sendiri adalah sebuah air terjun mini yang merupakan hulu sungai Cileungsi. Berbentuk seperti sungai beraliran deras (jeram) yang memiliki beberapa kolam kecil berair jernih dan memiliki kedalaman 3,5-4 meter lebih. Leuwi Hejo juga terletak di area perbukitan dan hutan yang memiliki vegetasi yang cukup rapat. Di sekitar aliran Leuwi banyak terdapat batu-batuan besar yang terkadang tingginya mencapai 6-7 meter. Mirip-mirip dengan Green Canyon di Pangandaran dan Goa Pindul di Yogyakarta.


Satu hal yang menarik adalah traveler bisa berenang sambil trekking disini karena jalurnya cukup lumayan buat yang jarang naik gunung. Ketika masuk area Leuwi Hejo otoritas setempat juga menyediakan area parkir untuk mobil dan motor yang cukup luas. Selain banyak warung yang menjual makanan, bahkan disini juga menyewakan tempat untuk menginap lho!


Saat saya datang hari sabtu kemarin pengunjung lumayan banyak. Memang bertepatan dengan long weekend hari raya. Oh iya satu hal lagi, di dalam area Leuwi Hejo sebenarnya terdiri dari banyak tempat yaitu : Curug Barong, Leuwi Liek dan leuwi Cepet. Masing-masing leuwi memiliki kolam alami yang jernih dan dalam. Leuwi Hejo cocok untuk kita yang ingin berwisata di akhir pekan.


Menuju Lokasi



Akses menuju Leuwi Hejo amat gampang di jangkau. Jika anda berkendara dari arah Jakarta menaiki mobil maka anda masuk melalui tol Jagorawi dan keluar di pintu tol Sentul selatan (Sentul City). Dari Sentul City anda bisa menuju ke arah theme park Jungle land. Persis didekat pintu masuk Jungle Land anda bisa masuk ke sebuah jalan kecil di sebelah kanan yang menghubungkan dengan desa Babakan Madang ke desa Karang Tengah. Leuwi Hejo juga bisa diakses di aplikasi Wazze maupun Google Maps.

Tips di Leuwi Hejo

1. Harga parkir area Leuwi Hejo adalah Rp 15,000,- untuk mobil dan Rp 5,000,- untuk motor
2. Biaya diatas belum termasuk harga masuk per orang Rp 15,000,-. Belum lagi di setiap spot yang ada yaitu Leuwi Hejo, Curug Barong, Leuwi Liek dan Leuwi Cepet dikenakan tarif partisipatif Rp5,000/orang. (Leuwi cepet dan Liek jadi satu) Dari pada repot, pengelola menyiapkan alternatif berupa paket Rp25,000/orang sebagai "free pass ticket".
3. Jangan datang pas musim hujan! Atau sehabis hujan karena medan menjadi licin dan berbahaya
4. Jangan datang saat long weekend atau hari raya kalau mau siap tidak dapat parkir dan berdesak-desakan saat berenang.
5. Sebaiknya jangan bawa anak kecil, karena cukup berbahaya medannya.


Share:

Tuesday, November 22, 2016

Terpesona Kesunyian Amed



Sejujurnya ini adalah perjalanan yang cukup nekat. Hanya planning beberapa hari saya dan adik langsung berangkat menuju destinasi yang sangat tidak asing lagi, yaitu Bali. Bali sepertinya menjadi sesuatu yang membosankan yah? Setiap tahun ribuan orang Jakarta dan Surabaya banyak memenuhi tempat-tempat wisata di Bali.

Mulai dari Kuta, Sanur, Uluwatu, Seminyak, pantai Dreamland, pantai Pandawa, hingga Ubud, you name it! Itu saja sudah berdesak-desakan dengan turis mancanegara seperti Australia, negara-negara Eropa barat hingga sekarang yang sedang banyak yaitu turis dari Tiongkok! Gak kebayang kan betapa padat dan penuhnya Bali itu... Tapi, uniknya Bali adalah selalu saja memiliki tempat-tempat unik yang mungkin orang-orang banyak belum tahu, kalau bahasa sekarang sih anti mainstream.

Ya! Itulah yang ada di benakku saat hendak akan ke Bali, sebenarnya ingin pergi ke tempat lain namun dikarenakan satu dan lain hal jadinya ke Bali. Ya sudah apa boleh buat, perjalanan ke Bali kali ini harus menyenangkan dan berbeda! Setelah melakukan pencarian di dunia maya, akhirnya disepakatilah kami akan pergi ke pantai Amed di Bali Utara. Apakah kalian pernah mendengar namanya? Sedikit asing? Pantai Amed ini terletak di Bali utara atau lebih tepatnya di timur laut pulau Bali.

Nama Amed sebenarnya sudah cukup terkenal di telinga scuba divers profesional baik dalam maupun luar negeri, karena ada objek menarik yaitu US ship wreck (Tulamben) dan Japan ship wreck. Selain itu, pantai Amed memiliki pasir hitam khas Bali utara yang jauh berbeda dibandingkan pantai-pantai di selatan Bali. Konon, jika ingin melatih skill menyelam, Amed adalah tempat yang tepat bagi pemula untuk berlatih.

Titik start kami mulai dari area Kuta menuju ke pantai Amed ke arah timur laut. Jarak yang ditempuh sekitar 97 km dengan melewati jalan by pass Ngurah rai dan lanjut ke jalan Prof Ida Bagus Mantra terus ke arah timur. Kedengarannya jauh sekali namun kenyataannya tidaklah demikian, Bali memiliki jalanan aspal (mungkin) terbaik di Indonesia tanpa bolong sedikitpun! Belum lagi lalu lintasnya yang cenderung sepi di daerah pedesaan membuat kami menempuh waktu 3 jam dengan motor.

Sesuai dugaan, ternyata Amed adalah sebuah desa nelayan yang tenang sekali. Sepanjang jalan banyak café-café sekaligus penginapan murah yang juga menyewakan jasa snorkling dan penyelaman meski tidak semua. Suasana yang begitu sepi dan tenang ( melebihi Ubud) membuat rasa damai dan tak ingin pulang saja. Disepanjang pantai terdapat jejeran perahu nelayan yang memukau dan instagrammable. Dari kejauhan di arah Barat terlihat dengan megahnya gunung tertinggi di Bali yaitu gunung Agung. Jika kita berjalan menyusuri ke arah timur, kontur jalan akan naik ke atas bukit pinggir laut yang terdapat resto dan pemandangan yang ciamik! Speechless!

Pantai Amed dari atas tebing
Pemandangan dari Café Sunset Point

Lautnya pun tak kalah, meski berbatu dan berpasir hitam bukan berarti lautnya tak jernih. Pada kedalaman seperut saja, ikan-ikan kecil dan sedang  berwarna-warni bertebaran lho! Bahkan juga ada terumbu karang kecil di kedalaman satu meter. Jadi buat yang mau snorkeling ga perlu sewa perahu mahal-mahal, cukup jalan 3 meter ke laut sudah menikmati keindahan :) Kehidupan malam disini cukup unik karena sepi sekali. Pukul setengah delapan malam saja hampir tidak ada kendaraan di jalanan, sangat jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Saya mencoba nongrkong di beberapa café yang buka dan merasakan suasana yang amat berbeda.

Satu lagi yang cukup langka buat orang kota seperti saya adalah kehidupan nelayan tradisional. Meski keluarga nelayan disini mayoritas sudah menggantungkan hidupnya di dunia pariwisata, namun identitas ke-nelayan-an mereka masih melekat, bahkan sampai di anak-anaknya. Mereka masih melaut di subuh hari dan pulang di siang hari meski tidak sering. Bahkan turis juga bisa merasakan memancing ikan bersama nelayan subuh-subuh lho, bayar tentunya. Bagi yang ingin merasakan Bali dengan suasana yang berbeda, sangat direkomendasikan untuk datang ke Amed.

Hamparan pasir hitam dengan gunung Agung sebagai latarnya
Nelayan yang baru kembali melaut

Penginapan sekaligus café tempat kami menginap




Share:

Tuesday, August 23, 2016

Jejak Batavieren di Batavia

Batavia adalah nama kuno yang kita kenal sekarang sebagai Jakarta. Kota pelabuhan dagang yang semula bernama Jayakarta setelah direbut oleh Fatahillah pada tahun 1526. Bahkan jauh sebelum itu, ini adalah pelabuhan kecil yang bernama Sunda Kelapa. Nama Batavia sendiri dibawa oleh VOC (Belanda) ketika mereka mulai datang dan menghancurkan Jayakarta serta mengubahnya menjadi basis administratif dan perdagangan VOC, saat itu daerah ini mengalami 2x pergantian nama dari Sunda Kalapa - Jayakarta - Batavia.

Namun sebenarnya dari mana kata Batavia berasal? Banyak rumor dan teori mengenai hal ini, tapi banyak yang mengatakan bahwa nama Batavia berasal dari suku Batavia/Batavieren di eropa. Batavieren merupakan suku jermanik yang merupakan asal muasal bangsa Jerman dan Belanda. Mau apapun artinya, kultur Batavia amat terasa di kota ini. Banyak sisa-sisa peradaban Batavia masih lestari meskipun dengan kondisi memprihatinkan di Jakarta. Sebagian pula sudah dipugar menjadi tempat wisata yaitu Museum Prasasti Jakarta.

Terletak di jatung kota Jakarta yaitu di Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat serta bertetangga dengan kantor Walikota Jakarta Pusat tak sulit bagi kita untuk mengaksesnya. Jika menggunakan Busway, ambil jurusan Harmoni dan bisa dilanjutkan dengan taksi. Museum ini buka setiap hari kecuali hari senin atau libur nasional. Dengan tiket masuk Rp 9,000 kita bisa menikmati sepuasnya. Satu hal yang menarik dari tempat ini adalah kita dibebaskan memfoto ataupun video tempat ini asalkan bukan untuk kepentingan komersil atau modelling.Saat itu saya datang pada sabtu siang sekitar pukul 11:00 dan tempat ini sangat sepi sekali. Tak ada pemandu yang mendampingi kita berkeliling menjelaskan apa saja yang ada disini. Sekilas memang tempat ini adalah pekuburan Belanda yang dijadikan sebagai Museum, namun ternyata disini juga ada beberapa prasasti serta karya-karya seni pematung dan pemahat dari eropa. Bentuk-bentuk makam serta arsitektur patung-patung yang ada memang membuat kita tampak seperti di eropa pada abad pertengahan. Sangat cocok untuk objek fotografi atau sekadar foto-foto karena cukup instagram-able. Tak ayal, banyak pasangan muda-mudi atau anak-anak usia sekolah yang datang ramai-ramai kemari hanya untuk sekadar foto-foto. Baguslah, museum mulai dihargai kaum muda.


Pepohonan yang ada disini juga cukup asri dan sejuk meski saya berada di bawah sengat mentari siang. Satu yang cukup menarik disini adalah sebuah batu cukup besar yang terdapat ukiran-ukiran seperti tulisan sansekerta dan cetakan telapak kaki bagian atasnya. Ternyata itu adalah prasasti Ciaruteun dengan telapak kaki Purnawarman, raja Tarumanegara. Sayangnya saya tidak dapat memastikan bahwa batu prasasti tersebut adalah asli atau replika. Kemudian ada makam aktivis zaman Orla (Orde lama) Soe Hok Gie.

Kondisi makam, patung serta prasasti di museum ini tampak bagus dan terawat, hanya sebagian kecil saja yang terlihat rusak itu pun karena dimakan umur. Dari sini saya melihat bahwa bangsa eropa ternyata memiliki daya seni yang sangat naturalis terutama seni pahat patung. Adalah hal yang cukup langka apabila bisa melihat ukiran-ukiran patung eropa di luar eropa. Sangat mendidik, masih banyak tempat-tempat wisata di sekitar Jakarta yang mungkin banyak orang abai.


Share:

Monday, August 1, 2016

Tips Mengamankan Barang di Bagasi Pesawat


Beberapa bulan yang lalu saya sering mendengar berita adanya kebobolan barang bawaan penumpang di dalam bagasi pesawat. Ada yang cuma "dibolongin" tapi isinya aman tetapi ada pula yang harus mnderita kerugian karena ada barang berharga yang hilang. Bahkan kasus ini banyak terjadi di bandara Soekarno-Hatta! Yang notabene bandara yang cukup bergengsi dan ketat pengamanannya. 

Setelah pihak keamanan dari Polres Bandara Soekarno Hatta menangkap sejumlah orang pelaku yang adalah seorang porter, banyak dugaan-dugaan yang berkembang di masyarakat mulai dari adanya "orang dalam" airlines yang "bermain" dan sebagainya dan sebagainya. Namun sekarang saya tidak ingin membahas hal tersebut, saya memiliki beberapa tips yang mungkin berguna bagi para traveler yang sering bepergian naik pesawat menggunakan bagasi. Here we go!

1. Pengamanan koper maupun tas anda
Ini precaution, bahwa lebih baik anda selalu melindungi tas dan koper dengan pengamanan ekstra. Banyak koper-koper dan tas travel yang memiliki sistem pengaman seperti digit code number atau yang berupa gembok angka yang terpasang di risleting tas. Selalu pastikan semua tas terkunci sebelum naik di bagasi.



2. Gunakan jasa wrapping koper
Saya yakin poin pertama mudah dibobol bagi para penjahat yang memang sudah niat mau mencuri, karena segala macam cara dan alat akan mereka pakai. Langkah kedua adalah gunakan jasa wrapping tas yang banyak bertebaran di area check in. Dengan biaya IDR 50,000 (tentatif) koper anda akan dibungkus (wrap) dengan bahan plastik yang cukup tebal berlipat-lipat hingga memungkinkan aman bila ada penjahat yang berniat memotong koper anda. Mungkin bagi sebagian orang cukup mahal mengeluarkan uang 50,000 hanya untuk membungkus tasnya tetapi dibandingkan dengan keamanannya dari tangan-tangan yang tdiak bertanggung jawab?

3. Pakai pengamanan tambahan di dalam tas
Mungkin ini alternatif bagi yang masih kurang yakin. Dibagian dalam koper aatu tas anda dapat dipasangkan berupa "ganjelan" dari potongan kardus dan busa sehingga memberikan perlindungan bagi barang-barang di dalam.


4. Jangan menyimpan barang berharga di bagasi!
Ini himbauan yang paling penting. Usahakan lah jangan menyimpan benda-benda berharga seperti laptop, perhiasan, kamera dan barang berharga lainnya di tas anda yang ada di bagasi. Mencegah lebih baik dari pada "mengobati".

5. Simpan barang di kabin pesawat
In case jika koper dan bawaan anda tidak terlalu berat. Saya rasa bisa dibawa saja ke kabin pesawat, selain lebih aman karena kita yang awasi juga hemat uang untuk biaya bagasi kan.

Melihat kondisi keamanan bandara di Indonesia yang cukup rawan, ada baiknya kita berhati-hati. Kejahatan bisa terjadi pada profesi apa saja, seperti bang napi bilang "Kejahatan sering kali terjadi bukan karena ada niat dari sang pelaku melainkan karena ada kesempatan!"

Share:

Tuesday, July 26, 2016

One of the Gorgeous Waterfall ever! #JelajahSukabumi


Indonesia adalah negeri seribu gunung berapi. Ratusan bahkan ribuan gunung berapi mengelilingi zamrud khatulistiwa ini. Ring of Fire istilah kerennya. Setiap pulau di Indonesia pasti ada gunung berapi baik aktif maupun pasif atau sudah mati. Tapi, menurut saya ada "gelar" lain lagi yg patut disematkan pada bahu ibu pertiwi ini. Yaitu negeri seribu air terjun!

Ya pendapat saya tidaklah muluk kok. Bayangkan sejauh yg saya tahu setiap pulau dan provinsi terdapat fenomena alam unik ini. Tak hanya itu, baik bentuk, tinggi, nama maupun letaknya amat beragam dan menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah di Jawa Barat. Air terjun yg dalam bahasa Sunda adalah Curug ternyata bertebaran di seluruh provinsi ini. Curug yg ada di Jawa barat itu jumlahnya bisa ratusan, baik yg terpencil maupun yg dekat pemukiman warga.

Ini pula yg kami temukan di area Sukabumi selatan tepatnya di dekat pantai Ujung Genteng. Curug Cigangsa namanya. Akses jalan kesana ga rumit, melalui jalanan aspal halus di perkampungan. Sekitar 1 jam saja jika menggunakan GPS macam Google Maps atau Wazze dari pantai Ujung Genteng dengan catatan tidak macet. Kemudian tibalah kami disebuah desa dan terdapat sebuah palang "Tempat Wisata Muslim". Disini kami masih bingung kenapa air terjun ini dikatakan sebagai tempat wisata rohani. Di desa itu seorang warga mengatakan bahwa kami harus parkir di tempat yg ditentukan dan bayar sama warga setempat.


Kami turun berjalan kaki ke lokasi sekitar 25 menitan atau 150m dari tempat kami parkir. Disini ini kami menemukan pemandangan yg indah berupa sawah-sawah warga sekitar. Udara yg cerah siang itu membuat naluri ingin memotret saya semakin deras. Hamparan sawah-sawah di pinggiran sungai ini betul-betul indah.


Jalannya cukup jauh dan menanjak, bagi yg jarang olah raga siap-siap deh ngos-ngosan disini hahaha... Tapi udara yg seger banget ini membuat saya dan teman-teman ga sadar udah keringetan aja. Apalagi saya lagi sibuk motret-motret pemandangan :) Satu hal yg cukup menyentak saya adalah areal sawah di dekat bukit ini membentuk Terasering-terasering y mirip dengan di Ubud dan Tegalalang, Bali. Jadi bagi yg mau lihat/motret Terasering tapi ga ada kesempatan ke Bali bisa nih kesini! :D

Terasering ala Sukabumi

Tidak beberapa lama kami menyusuri sawah dan sungai, kami pun diperhadapkan dengan pemandangan yg cukup menakjubkan. Ya, ternyata kami sampai di ujung sungai which is sebuah jurang atau atas air terjun itu! Gokil, baru kali ini saya datang dari bagian atas sebuah air terjun. Jalanan pun menjadi menurun dan cukup terjal dan licin. Agak berbahaya karena minim sekali pengaman berupa pegangan.




Setelah menuruni bukit yg cukup curam dan licin, munculah didepan mata kami sebuah pemandangan yg luar biasa menurut saya. Air terjun dengan bentuk yg unik, terdapat batuan karang raksasa yg mirip dengan struktur sebuah candi. (ngasal wkwk..) Tak hanya itu, air terjun ini juga sangat lebar dari rata-rata air terjun pada umumnya. Kondisi saat itu sepi pengunjung bahkan cuma kami yg ada disana.


Sungguh ini adalah air terjun terkeren yg pernah saya lihat di hidup saya. Bentuk karang-karangnya itu mirip seperti sebuah candi yg di aliri oleh air terjun. Apik. Warbyasah. Ternyata disebelah kiri kami terdapat jurang bebatuan tinggi yg ternyata adalah air terjun lagi! Kami di tengah-tengah antara dua air terjun!





Breathtaking, benar-benar pemandangan yg menakjubkan. Serasa di zaman Jurassic hahaha. Setelah puas sejam lebih foto-foto kami akhirnya "terpaksa" berpisah dengan air terjun kece ini karen mau melanjutkan perjalanan menunju Bandung. Goodbye Curug Cigangsa. Sukabumi benar-benar memiliki alam yg indah! Gorgeous!
Share:

Friday, July 15, 2016

Singapura Dalam Rasa


Siapa yang ga pernah ke Singapur? Sepertinya sepertiga penduduk Indonesia pernah ke negara mungil ini hehehe… Saya sendiri sudah tiga kali ke negara dalam kota ini. Yap! Saya akan membahas mengenai Singapura namun kali ini bukan mengenai tempat wisatanya melainkan mengenai kulinernya.

Meskipun bukan ahli kuliner handal tetapi saya cukup tertarik untuk menelusuri makanan makanan lezat disana. Dan akhirnya saya memustuskan untuk pergi kesana 3 minggu yang lalu, so check this out!

Banmian
Kebetulan saya bersama teman saya stay di daerah Geylang…… Hmmm tau sendiri kan ini adalah red districtnya singapur, atau buat yang ga ngerti, Geylang ini adalah “MABES”nya singapura lah! Hihihi…. Ada pengalaman unik disana namun saat ini saya tidak akan membahas itu sekarang.

Nahh singkat cerita saya menemukan salah satu rumah makan banmian yg enak dan murah disini. Buat yang gatau apa itu banmian, banmian adalah makanan sejenis mi yang bertekstur lebar  (klo disini mirip kewtiau) khas Hokkien. Biasanya banyak terdapat di negara-negara yang memiliki populasi chinese Hokkien terbanyak, salah satunya adalah Singapura dan Malaysia.


Di sebuah rumah makan di lorong 25 Geylang (klo ga salah :p) inilah saya memesan seporsi Pork Belly Banmian seharga $4.50. Harga ini cukup murah bila dibandingkan dengan kelezatan dan porsi dari Pork Belly Banmian ini.

Di sajikan dengan semangkuk besar berkuah yang didalamnya tedapat potongan-potongan daging pork yg cukup besar dan banyak, telur setengah mentah, sayuran segar serta taburan ikan-ikan teri goreng kecil kecil yang nikmat banget. Mangstab! Dari skala 1-10, ini dapat 8! Lain kali saya ingin mencoba yg versi tak berkuahnya.

Oyster Egg Khas Singapura
Mungkin makanan yang satu ini sudah cukup terkenal ya buat orang Indonesia. Oyster egg khas singapur ini terkenal di daerah Telok Ayer lebih tepatnya di Lau Pa Sat atau Telok Ayer Market. Tempat ini cukup unik karena sebuah food court yang memiliki jam raksasa di atasnya. Lumayan mengagumi arsirektur di Singapur.


Suasana di Lau Pa Sat alias Telok Ayer Market
Oyster Egg segar
Anyway, akhirnya saya dan teman saya langsung mencicipi oyster egg yg terkenal itu disini. Oyster egg sendiri terdiri dari sepiring potongan daging kerang yg sedikit mentah, telur orak-arik, (omelet) bawang merah dan sambal yang sedikit asam!


Jujur saya tidak terlalu oh mungkin tidak suka makanan yg mentah atau sedikit mentah. Jadi saya tidak terlalu suka daging oysternya, kalau pun memakannya saya campur dengan omelet telur. Hmmm… Skala 1-10….. 6 hahaha…

Laksa




Nah ini nih makanan legendaris di Singapura.... Laksa! Yap Laksa adalah makanan peranakan yg cukup terkenal di dunia kuliner. Meskipun di Malaysia juga ada namun Laksa Singapura lah yg paling terkenal terutama Katong Laksa. Sayangnya saya dan teman saya hanya mencicipinya di foodcourt mall Vivo City. Yah yg penting kami bisa mencicipi Laksa khas Singapura ini!

Jadi Laksa itu terdiri dari sebuah mi berukuran lebar yg bersalut kuah santan kental nan pedas mirip santan masakan padang atau mirip mirip juga sama kuah Tongseng. Jadi sebenernya cukup familiar buat lidah orang Indonesia. Agak unik, mirip makan kwetiaw yg berkuah santan nan pedas! Hahaha... Laksa ini juga biasanya dilengkapi dengan sayur2an, daging serta telur rebus. Ga salah disebut sebagai makanan peranakan.

Chicken Salted Egg


Jika berkunjung ke gedung perbelanjaan Sim Lim Square, wajib banget nyobain Chicken Salted Egg khas Singapura ini. Sepiring nasi dengan ayam goreng mentega dicampur telur yg sedikit gurih dan manis. Saya lupa nama restorannya tetapi ini cukup terkenal dan mayoritas pelanggannya adalah orang-orang kantoran yg lgi break makan siang. Porsinya besar meski cukup mahal tetapi worth it untuk dicobain kok.


Share:

Kamera dan Ransel

Powered by Blogger.